Jenisburungdunia.net – Setelah lebih dari 50 tahun mempelajari mahkota emas burung manakin, seperti dilansir laman Tech Times, Rabu (27/12/2017), para ilmuwan akhirnya berhasil mengidentifikasi burung itu sebagai spesies burung hibrida yang mampu pertama berevolusi untuk membentuk spesiesnya.
Spesies hibrida merupakan generasi hasil persilangan antara dua atau lebih spesies yang berbeda. Dalam kasus ini, kedua spesies adalah manakin snow-capped (bertopi salju) dan manakin opal-crowned (bermahkota opal). Periset mengumpulkan sampel genetik dan bulu selama dua kali kunjungan ke Brasil. Kemudian mereka mengurutkan sebagian besar genom manakin bermahkota emas, termasuk 16.000 penanda genetik yang berbeda. Mereka menemukan bahwa sekitar 20 persen genomnya berasal dari manakin snow-capped dan 80 persen dari opal-crowned. Para periset mengatakan, keturunan pertama hibrida lahir sekira 180.000 tahun lalu, ketika burung dari dua spesies tersebut dikawinkan (h/t Livemint). Penemuan pertama manakin bermahkota emas tersebut ditemukan oleh ilmuwan asal Brasil, yaitu Helmut Sick dan Raimunda Costa, pada Juli 1957. Mereka mengumpulkan tiga ekor jantan dewasa dari anak sungai kecil di Rio Cururu-ri di sebelah timur Amazon Brasil.
Spesimen pertama disimpan di Museum Nasional Rio de Janeiro, sementara dua spesimen lainnya dikirim ke Museum Sejarah Nasional AS dan Museum Naturkunde Alexander Humboldt. Manakin bermahkota emas sebelumnya dikenal dengan pipra. Kemudian diubah menjadi Lepidothrix vilasboasi sebagai penghormatan bagi Villas-Boas bersaudara. Mereka dianggap sebagai aktivis yang dikenal karena profesinya terkait masyarakat adat Brasil. Para ilmuwan ingin kembali ke habitat burung tersebut untuk penyelidikan lebih lanjut tapi tidak dapat menemukan lokasinya yang tepat. Ternyata, ada dua bagian sungai bernama Rio Cururu –yaitu Cururu-acu yang terletak lebih jauh ke selatan. Sebuah studi menyatakan bahwa pada awal 1950-an, ada dugaan bahwa manakin bermahkota emas adalah spesies manakin opal-crowned dan manakin snow-capped. Namun pada waktu itu, para ilmuwan tidak mampu membuktikan teori tersebut karena kekurangan bukti.
Baca juga : Burung Toco Toucan
Studi yang sama juga ditulis oleh para ilmuwan yang menemukan kembali spesies tersebut pada 2002. Mereka mengklaim bahwa Sick dan Costa melakukan kesalahan dalam mengidentifikasi burung yang mereka kumpulkan. Dari ketiga burung tersebut, ternyata salah satunya adalah betina sedangkan dua lainnya adalah jantan muda. Penemuan kembali spesies tersebut menawarkan lokasi habitat mereka serta bagaimana perilaku mereka dalam kawanan ternak. Sayangnya, ini juga menunjukkan betapa rentan manakin mahkota emas rentan atau terancam karena deforestasi hutan hujan Amazon. Kini, sebuah studi lainnya yang diungkapkan oleh para ilmuwan dari Toronto, Kanada, membuktikan bahwa kendati ketiga spesies itu tampak tidak terkait, manakin opal-crowned dan manakin snow-capped adalah induk varietas manakin bermahkota emas.
Dua spesies induk masing-masing memiliki susunan keratin yang sangat berbeda, yang bertanggung jawab untuk menciptakan warna reflektif sehingga membantu pejantan menarik hati betina di kawasan hutan hujan yang gelap. Dengan mempelajari struktur DNA, para ilmuwan juga dapat menentukan bahwa spesies induk menghasilkan populasi hibrida sekitar 180.000 tahun yang lalu. Kemudian, spesies hibrida tersebut berkembang dan bertahan menjadi spesiesnya sendiri dengan struktur DNA yang sudah dimodifikasi. Ini sebabnya burung tersebut memiliki warna berbeda. Selain analisis DNA, ketiga spesies juga diperiksa di bawah mikroskop elektron. Langkah ini menunjukkan bahwa meskipun kepala manakin mahkota emas berwarna kuning, ia memiliki struktur yang mirip dengan spesies induknya. “Spesies tanaman hibrida sangatlah umum, tetapi spesies hibrida pada vertebrata (hewan bertulang belakang) langka sekali,” kata Jason Weir, penulis utama penelitian tersebut dalam hasil studi yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).